Ini Kisah Perjuangan Wisudawan Terbaik IAIN Parepare Jadi Hakim Pratama
di PA Bulukumba

Ini Kisah Perjuangan Wisudawan Terbaik IAIN Parepare Jadi Hakim Pratama di PA Bulukumba


IAIN PAREPARE— Muslindasari, Alumni STAIN Parepare (sekarang IAIN Parepare, red), kini resmi menjabat hakim pratama di Pengadilan Agama (PA) Bulukumba, Sulawesi Selatan. Itu setelah ia dilantik usai pengambilan sumpah dan berdasarkan penempatan hakim pratama Ketua Pengadilan Agama Bulukumba, Jumat (17/4/2020) lalu.









Rentang panjang seluk-beluk perjalanan menempuh proses berjuang hingga sampai titik ini bukanlah sebuah proses yang tak terhalang oleh masalah dan hambatan. Terlahir dari keluarga sederhana dan harus terpisah dengan orang tua yang merantau, tidak menyurutkan semangatnya meraih impian sukses.





Ayahnya bernama Muslimin (almarhum, wafat 2016 saat Muslindasari masih menempuh pendidikan magister). Ayahnya karena tidak memiliki ijazah bekerja sebagai pekerjaan buruh di pelabuhan Semayang, Kalimantan Timur. Ibunya bernama Happe (49), pekerjaan ibu rumah tangga.





Linda, sapaan akrab Muslindasari mengaku kedua orang tuanya sebagai pendidik hebat yang ia sangat banggakan. “Meskipun keduanya hanyalah seorang buruh pelabuhan dan ibu rumah tangga, tapi didikan dan nilai yang ditanamkan dalam diriku melebihi didikan guru besar,” ujar Linda melalui pesan whatssapp.





Foto: sisi kiri ( Muslindasari)




Muslindasari Lahir di Waepute, Desa Gattareng, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng pada 24 November 1990. Ia menjadi mahasiswa di STAIN Parepare pada tahun 2009 yang lalu pada prodi Ahwalussyakhsiyah (AS), Jurusan Syariah.





Keseriusan dan kerja keras selalu ditunjukkan dalam mencapai prestasi akademik dengan perolehan Indeks Prestasi Semester yang baik pada setiap semester. Salah seorang dosen dan juga pembimbing skripsinya 'Budiman' mengungkapkan sosok Muslindasari sebagai mahasiswa teladan selama menjadi mahasiswa Ahwalussyakhsiyah. "Memang Muslindasari itu mahasiswa petarung, punya kemauan sangat kuat, berkarakter luhur, namun rileks. Bahkan kadang melewati masa-masa sulitnya dengan candaan yang sebetulnya dia lakukan untuk menguatkan dirinya agar bisa bertahan dan keluar dari masalah yang membelitnya. Intinya: mahasiswa yang punya visi jauh ke depan", ungkap Budiman.





Menjadi aktivis kampus pun dilakoni bersama teman-temannya antara lain: ANIMASI, menjadi pengurus HMJ Syariah, dan PMII, serta menjadi penghuni Ma’had dan menjadi pengajar Baca Tulis Al Quran pada adik-adik angkatannya.





Padat aktivitas tidak menghambatnya dalam menyelesaikan kuliah pada tahun 2013. Masa studi dilaluinya cukup singkat yakni hanya 3 tahun 6 bulan dan menjadi peserta yudisium pertama bersama delapan orang seangkatannya.





Masa studi yang singkat juga sangat gemilang dengan raihan Indeks Prestasi Kumulatif IPK 3,95 (dengan pujian) dan menjadi wisudawan terbaik kedua tingkat STAIN kala itu.





Lulus Kuliah, Muslindasari mengabdikan diri selama setahun pada Almamater dengan bergabung sebagai Satuan Tugas (SATGAS) Pusat Pengabdian Masyarakat P3M STAIN Parepare yang ditempatkan di Pesantren Nurul Azhar Talawe Desa Talawe Kecamatan Watang Sidenreng.





Bergelar Sarjana hukum dan sebagai wisudawan terbaik tidak lantas membuatnya berpuas diri. Semangatnya menuntut ilmu tak pernah surut. Dia pun melanjutkan pendidikan magister hukum Islam di UIN Alauddin, Makassar dan berhasil menyandang gelar magister hanya dalam kurun waktu 1 tahun 5 bulan.





Pencapaian luar biasa pun didorong oleh motto hidupnya, “Jika ingin biasa maka lakukan yang biasa saja, namun jika ingin hasil yang luar biasa maka lakukan usaha yang luar biasa pula.” Motto tersebut terbukti dan ia bisa wujudkan.





Selang setahun menyelesaikan studi magister, sembari menjalani profesi sebagai dosen Luar Biasa pada beberapa kampus, Linda pun mendaftarkan diri pada seleksi penerimaan CPNS formasi calon hakim di Mahkamah Agung tahun 2017.





Dari seratus peserta yang ikut seleksi, 7 orang dinyatakan lulus setelah mencapai passing grade dalam tes CAT di BKN. Ia kembali mengikuti ujian SKB yang dilaksanakan selama tiga hari dengan materi Psikotes, wawancara, baca kitab, CAT materi hukum. Ia pun dinyatakan lulus pada November 2017.





Alhamdulillah, berbekal doa orang tua yang saat itu jauh di Kalimantan mencari rejeki, dan tawakkal kepada Allah, saya diberikan kemudahan menjawab soal dalam waktu 90 menit, dan dinyatakan sebagai salah satu peserta yang lulus pada tes SKB selama tiga hari. Melihat pengumuman dan namaku tertera di sana, suatu nikmat tiada tara, berkat doa orang tuaku, guru-guruku dengan segala nasehatnya dalam mendidikku hingga semua ini bisa tercapai,” ungkap Linda.





Lulus seleksi membuka jalan baginya meraih impian menjadi seorang hakim. Pendidikan selanjutnya ditempuhnya melalui program pendidikan calon hakim terpadu selama kurang lebih 17 bulan lamanya di Pusat Diklat Mahkamah Agung Mega Mendung Bogor.





Lulus pendidikan Hakim, mahasiswa yang akrab disapa dengan nama ANIMASI (UKM seni) ‘Kara’ atau ‘Kasidah Rabana’, kini menjabat sebagai Hakim di Pengadilan Agama Bulukumba.





Sepenggal pesan pun dititipkan kepada adik-adiknya, ”Lalui proses dengan baik, rajin kuliah, hargai dosen, orangtua, teman-teman kampus. Tetaplah menjadi mahasiswa yang tidak kehilangan jati dirinya dengan pemikiran dan sikap intelektualnya. Tidak ada yang mustahil jika Allah berkehendak. Terima kasih kampus hijau telah memberiku peluang dalam berbagai kegiatan selama menjadi mahasiswa sampai sarjana dan semua itu telah mengantarku berada ditempat ini.”





Selama masuk dalam lingkup Mahkamah Agung yang paling berkesan bahwa ia merasakan tidak ada perbedaan di antara kita. “Mau dia anak pejabat, anak guru besar atau pun anak konglomerat semua proses yang dilalui sama. Seragam hitam putih dan dasi merah selama pendidikan juga sama,” ujar Linda menutup pesannya melalui whatssapp, Minggu (19/4/2020). (*)
Penulis : Nurhakki
Editor : Alfiansyah Anwar


Posting Komentar

Copyright © Tanya IAIN Parepare | Distributed by Blogger Templates | Designed by OddThemes